Kamis, 20 Maret 2014

At-Tiin, I will come back ,,,

Perjalanan ini saya lakukan secara tidak sengaja pada tanggal 22 Desember 2013 kemarin. Awalnya saya hanya berniat menemani teman saya untuk mengurus surat-surat pindah nama motornya yang telah dibelinya beberapa bulan yang lalu di samsat Kota Bekasi. Teman saya harus mengurus surat-surat terlebih dahulu di Bekasi karena dia membeli motor tersebut dengan orang Bekasi lewat sebuah toko online di internet, sehingga mau tak mau harus bolak balik Jakarta-Bekasi.
Sampai di samsat Bekasi sekitar pukul 12.00 siang, dan kita harus kecewa pelayanan dihentikan karena jam istirahat. Akhirnya kita memutuskan untyk shalat secara bergantian. Aku menunggu dia sekitar 2 jam, dan akhirnya sudah beres tinggal mengurus yang di samsat Jaksel untuk besoknya. Karena tidak mungkin dilakukan hari ini, mengingat jam yang sudah menunjukkan pukul 14.00, samsat akan tutup karena jam kerja sudah habis. Dan tidak mungkin juga, karena perjalanan dari Bekasi ke Jakarta memakan waktu 2 jam lebih.
Akhirnya kita memutuskan untuk pulang. Di sepanjang perjalanan, aku mengingat-ingat daerah sekitar Bekasi ini. Mulai dari Megamall Bekasi sampai Islamic Center,seperti mengulang kejadian lama yang dulu saya pernah kesini sebelumnya.
Tak hanya mengulang kejadian lama tersebut, yang tidak kalah seru adalah ketika saya melewati Masjid Iqra’ Center Bekasi. Masjid yang sudah tak asing bagi kalangan P**, masjid yang didirikan oleh ustadz almarhum Rahmat Abdullah. Di masjid ini juga yang menjadi tempat syuting film “Sang Murabbi” yang menceritakan perjalanan sang ustadz hingga beliau wafat.
Film ini sudah sejak lama saya menontonnya, sekitar kelas 3 SMA waktu itu dengan teman akhwa-akhwat rohis di rumah salah satu teman setelah acara kajian. Begitu takjubnya saya waktu melihat film tersebut, menangis karena terharu dan sejak saat itu ketika menonton film itu lagi semangat menjadi terbarukan kembali.
Terima kasih juga kepada teman saya yang telah mengajak saya ke Bekasi (lagi) sehingga berjumpalah aku dengan masjid ini.
Sejam kemudian kami sudah memasuki wilayah Jakarta Timur yang merupakan perbatasan dengan Kota Bekasi, meski kita tidak melewati jalur berangkat tadi, alhamdulillah kita tidak tersesat di keramaian ibukota. Jam tangan menunjukkan pukul 15.00 kami memutuskan untuk beristirahat dulu. Dan kami pilih masjid At-Tiin TMII sebagai tempat berteduh kami dari panasnya ibukota. Sambil menunggu adzan ashar berkumandang, kita berkeliling sekitar masjid yang lumayan luas ini tapi seluas masjid Istiqlal. Dilihat dari arsitekturnya tampak masjid ini sudah lama dibangun.
“Masjid ini adalah bukti cinta presiden Soeharto kepada istrinya Ibu Tin”, kata teman saya sok tahu mungkin karena dia sudah pernah kesini  sebelumnya. Lumayan luas dan arsitektur nya yang beda dari masjid yang lain nya. Lorong-lorong depan masjid ini mirip sekali dengan masjid  UGM Jogja. Mumpung belum adzan, saya keluarkan hobi saya yang tak pernah ketinggalan kalau saya pergi ke sesuatu tempat, yaitu kamera.
Meski kamera dari handphone namun saya suka memotret dari sini karena terbilang jernih kameranya. Inilah hasilnya J


  
(masjid At-Tiin tampak dari depan)


(tampak dari samping)



(kata temen, itu pohon kurma :) )


(foto: jejak kaki kanan penjejak, hehehe :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar