Sabtu, 27 Agustus 2011

AKU SUKA HUJAN


HUJAN
Aku suka hujan
 Hujan memberikan kesejukan,keteduhan hati yang dirundung nestapa
 Hujan salah satu bukti kekuasaan Alloh di antara kekuasaan lainnya yang setiap kali diturunkannya nikmat itu,aku selalu menengadahkan tangan ke atas
Di dalam Al quran terdapat banyak ayat yang menyebut kata “hujan”  ini berkali-kali,tak terhitung jumlahnya
 Merasakan betapa lembutnya tiap percikan air yang jatuh,menghirup aroma kesegarannya adalah suatu hal yang tak pernah aku tinggalkan
 Satu percik air yang jatuh adalah kekuatan positif
 Sehingga jika percikan itu bergabung dengan kawan-kawan nya akan tercipta beberapa kekuatan positif yang jika kita menggenggamnya seolah kekuatan-kekuatan positif  itu menyatu dalam hati kita
Menjadi dingin,tapi itulah menurutku kekuatan itu
HUJAN
Di setiap dia turun,aku selalu bergembira
Entah dari kapan aku suka hujan,tak tahu
Saat aku masih kecil,hujan adalah temanku. Tiap turun hujan aku selalu bersiap-siap di halaman rumah untuk menyatu dengannya
Saat hujan datang,tak kepalang tanggung aku keluar rumah
Walau hanya sekedar menyaksikan dia berjatuhan di dahan,ranting bahkan di bunga mawar depan rumah yang merekah
Kadang bersama hujan aku jalani mimpi-mimpiku selama ini
Dia inspirasi tiada henti untuk merasuki otak-otak ku yang kumal saat belajar adalah hal yang membosankan
Aku senang saat sedang berada di kelas,atau saat dosen mengajar babibu mata kuliah yang membuatku pusing ,,hujan turun
Seperti dia tahu akan kegelisahanku di dalam kelas
Aroma hujan segera meresap ke pori-pori otak,menyegarkan otak yang mulai panas

HUJAN

 
“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat”.                                  ( QS. Al-Baqarah:256)

“Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran”. ( QS.Al-A’raf: 57)
“ Demi langit yang mengandung hujan “…       (QS.At-Thaariq: 11)

“(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan mesmperteguh dengannya telapak kaki(mu) “. (QS. Al-Anfaal:11)

“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah[30], padahal kamu mengetahui.” (QS.Al-Baqarah:22)

“Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.” (QS.Ar-Ruum: 48)

“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.” (QS. Ibrahim:32)

“Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.” (QS. Fathir: 27)

“dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal.” (QS. Al Jaatsiyah:5)

“Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam”. (QS. Thaahaa : 53)

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwasanya Kami menghalau (awan yang mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu tanaman yang daripadanya makan hewan ternak mereka dan mereka sendiri. Maka apakah mereka tidak memperhatikan?” (QS. As Sajdah: 27)




HUJAN

 
“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat”.                                  ( QS. Al-Baqarah:256)

“Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran”. ( QS.Al-A’raf: 57)
“ Demi langit yang mengandung hujan “…       (QS.At-Thaariq: 11)

“(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan mesmperteguh dengannya telapak kaki(mu) “. (QS. Al-Anfaal:11)

“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah[30], padahal kamu mengetahui.” (QS.Al-Baqarah:22)

“Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.” (QS.Ar-Ruum: 48)

“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.” (QS. Ibrahim:32)

“Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.” (QS. Fathir: 27)

“dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal.” (QS. Al Jaatsiyah:5)

“Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam”. (QS. Thaahaa : 53)

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwasanya Kami menghalau (awan yang mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu tanaman yang daripadanya makan hewan ternak mereka dan mereka sendiri. Maka apakah mereka tidak memperhatikan?” (QS. As Sajdah: 27)




SENJA DI TANAH MERAH

Masih saja ku pandangi gundukan tanah merah basah itu. Hawa dingin dan gerimis bagai menyatu dalam tubuh ini namun seakan tak ku rasakan dinginnya karena perasaan ku yang galau. Daun-daun dari pohon-pohon di sekitar tanah pekuburan seakan tau apa yang saat ini terjadi. Mereka menggugurkan sebagian daunnya yang kering maupun layu ke bawah,mirip seperti musim gugur di Jepang atau di negara-negara Eropa yang sedang mengalami musin gugur.  Tak hanya daun saja,bunga-bunga kamboja  turut meramaikan suasana bersama dengan daun-daun yang jatuh.
                Di tanah gundukan tadi terdapat bunga-bunga yang memang sengaja ditaruh di atasnya,di sampingnya ada kendi. Nampaknya tempat air  untuk menyiram gundukan tadi. Di pojok gundukan ada dua nisan terpancang bertuliskan nama “ Meilia Yuliani Rahardi” lahir: 14 Mei 1981,wafat: 10 Juni 2011. Ya ,hanya 3 kata itu yang nantinya menemani kita saat sendirian di pemakaman dan tentu juga amal perbuatan kita selama hidup.
                “Mas,ayo kita pulang. Hari sudah semakin sore dan nampaknya sebentar lagi hujan turun”. Kata istriku  sambil menggandeng tangan ku untuk meninggalkan tempat ini. Aku diam tak bergerak. Terpaku di samping nisan. Membayang ke beberapa kejadian yang lalu.


                Aku adalah seorang istri dari pemilik bank syariah terbesar di negeri ini. Bank tradisional yang nota bene menguasai ekonomi di Indonesia. Namun tak menjadikan suamiku surut langkah mengaplikasikan model syariah pada bank yang didirikannya. Terbukti 45 cabang telah dibuka di negeri ini. Namun di balik kesuksesannyaitu,dia masih saja bersahaja,tak pernah sombong akan hal itu semua.
                Kita bertemu dalam suatu ikatan yang suci. Tak ada kata pacaran dalam kamus hidup kita. Bermula dari tawaran sang murabbiah setelah 2 minggu wisudaku dilaksanakan.
 “ukhty Lia,sudah waktunya lho melengkapi separoh dien”kata mbak Nanda sambil mesem kepadaku. Aku pun hanya tersenyum tipis mendengarnya.
“hmmm,,haduh belum kepikiran sampai situ,mbak”,kataku dengan wajah memerah.
Aku malu saat membahas tentang masalah ini walau pun hatiku tak bisa dipungkiri yang mendambakan seorang qowwam dalam hidupku. Dan mungkin juga trauma masa lalu yang masih membekas lekat di benak dan hatiku. Saat itu aku pertama kalinya mencintai tapi lebih tepatnya menyukai seorang ikhwan ,ya pertama kalinya. Ketika itu aku masih semester 2,namun hatiku telah tertaut pada muka manis seorang ikhwan. Kita sama-sama bertemu dalam dunia dakwah kampus,dalam satu organisasi keislaman.
                Tak bisa ku menghindar apalagi melupakan nya. Setiap hari dia selalu menelponku bahkan setiap jam sms,membangunkan sholat tahajud,mengingatkan sholat dhuha,lama-lama itu jadi hal yang biasa dilakukannya setiap hari. Aku sebenarnya sadar bahwa hal itu seharusnya tidak boleh aku tanggepin,tapi karena mungkin syaitan terlalu kuat menggoda umatnya jadilah aku sasaran empuknya. Tak hanya aku,bahkan dia sangat tahu tentang batasan-batasan hijab antara ikhwan dan akhwat. Yang tidak membolehkan pergalan bebas antara keduanya. Apalagi kita sama-sama dalam satu naungan yang disebut aktifis dakwah.
                Hubungan diam-diam kami berlanjut hingga 2 bulan berjalan. Hatiku entah kenapa seperti selalu mengharapkannya dan ternyata perasaanku itu tidak lah sia-sia,dia juga merasakan hal yang sama aku rasakan padanya. Namun beberapa minggu setelah aku mengetahui perasaanya itu,dia menghilang seketika. Tak pernah lagi sms dan telpon seperti sebelum-sebelumnya. Aku telpon,g pernah diangkat selalu dia reject,di sms pun tak pernah di bales lagi.
                Aku kehilangannya,benar-benar kehilangannya. aku memutuskan untuk melupakannya dan kembali fokus untuk memikirkan kuliahku juga gelarku sebagai aktifis dakwah. Setelah itu aku berazzam untuk tidak menodai cinta ku ini sebelum saatnya nanti tiba. 3 tahun berlalu tanpanya,ternyata aku bisa.
                Jadilah aku seperti sekarang ini. Sudah wisuda dan bergelar S,Pd. Tak hanya itu,bimbingan belajar berbahasa inggris  yang aku rintis bersama teman- teman dulu juga telah membuahkan hasil  lumayan walaupun belum terbilang besar namun aku sudah sangat bersyukur. Tak hanya materi yang di dapat,aku pun bisa menyalurkan ilmu bahasa inggris ku yang ku dapat selama di sekolah sampai di pergurun tinggi dulu. Semakin hari aku semakin betah mengajar di bimbel karena memang mungkin aku tipe orang yang suka dengan anak kecil.
                “Nanti sampai rumah tolong segera dibaca ya,ukhty proposalnya karena takut ikhwannya menunggu terlalu lama”,ujar mbak Nanda di telpon barusan. Hmmm,,aku hanya bisa terpaku melihat proposal  itu. Aku ragu untuk membuka map warna biru yang tergeletak di atas meja kamarku. Sejenak dalam lamunanku tiba-tiba saja handphone ku berdering,tanda panggilan masuk. Nama Fika,partner ku di bimbel, tertulis dalam layar handphone. Segera saja ku angkat.
“assalamualaikum,Lia”,terdengar suara dari ujung telpon sana.
“waalikumsalam,..
“ada apa ,Fik?”,tanyaku pelan.
“Bisa buruan ke bimbel sekarang nggak?  Kita mau ngadain rapat besar buat promosi kenaikan kelas”kata Fika tergesa-gesa.
“bisa kok,tunggu 20 menit lagi ya,aku segera kesana”,kataku.
“yoyoi,cepetan ya,kita tunggu. Wassalamualaikum,”kata Fika yang dilanjutkan menutup telponnya tanpa menunggu jawabn salam dariku. “waalaikumsalam”.
                Kesibukanku di bimbel tak terasa,hingga aku melalaikan proposal yang 1 minggu kemarin  ditawarkan mbak Nanda kepadaku .
”astaghfirulloh,afwan mbak proposalnya belum sama sekali ana baca. Afwan jiddan”,kataku sambil menyesal penuh.
“Lhah kok belum dibaca sama sekali,ukh? Ikhwan nya minta kepastian besok. Kemarin sudah ana bilang kan? Terus kalo begini ceritanya,bagaimana ana harus bilang sama ikhwannya? Kalau anti tidak ada jawaban juga besok,ana terpaksa harus jujur sama ikhwannya kalo proposalnya belum anti baca. Jadi terpaksa lagi ikhwan itu harus menunggu paling tidak 1 minggu lagi. Mbak Nanda sebenernya tidak enak  dengan ikhwan itu coz si ikhwan udah ngajuin proposalnya 1 bulan yang lalu”,kata mbak Nanda dengan nada tinggi.
“maafkan ana,mbak. Insya alloh minggu-minggu ini akan ana kasih jawabannya. Sekali lagi afwan jiddan,mbak”,kataku dengan persaan yang amat menyesal.
Bagaimana tak menyesal aku begitu mudah melupakan hal yang sangat penting dalam hidupku. Ya Rabb,bantulah hamba-Mu ini,berilah jalan kemudahan sesuai dengan ridho-Mu. Aku pasrah dengan pilihan yang Kau berikan.
                Di malam-malam sepertiga ini aku begitu sangat khusyuk. Entah,mengapa. Walaupun sebelum-sebelumnya  sering tahajud ku mendapatkan ketenangan hati,tapi tidak untuk akhir-akhir ini. Serasa Alloh di hatiku. Mungkin karena keimanan yang lagi menanjak. Di saat seperti itu aku gunakan untuk bermunajat dan bermuhasabah meminta diturunkannya pilihan hati,pendamping yang sholeh,yang bisa membimbing aku sampai nanti bertemu denganMU. Setelah lama berdzikir dan sholat istikharah,aku berdoa,meluapkan segala keluh kesah yang ada di hati ini. Sampai akhirnya aku serasa diberi petunjuk oleh Alloh untuk memilih ikhwan yang ada di proposal yang telah dikasih oleh mbak Nanda kemarin.
                Paginya,ba’da sholat shubuh langsung saja aku telpon mbak Nanda untuk mengabarkan hasil istikharah ku semalam.
“Alhamdulillah,,semoga anti tidak salah memilih ikhwan ini. Nanti mbak Nanda hubungi anti lagi buat kelanjutan ta’aruf nya. Syukron,ukhty”,jawab mbak Nanda sewaktu aku menelponnya tadi pagi.
Hatiku tenang,serasa memperoleh sesuatu kebahagiaan. Tak ku pikirkan lagi proposal yang belum pernah aku buka itu. Entah,dengan ikhwan siapa,yang mana,statusnya dia  apa aku menikah nanti. Tapi aku yakin pilihan Alloh lah yang terbaik dari pilhan hati manusia. Ya,aku percaya Alloh masih ada di hatiku dan aku yakin pilihan Alloh tak akan pernah meleset.
                Benar saja,di hari lamaranku saat ikhwan yang ditunggu-tunggu datang bersama kedua orang tua nya. Tersenyum ramah kepada pemilik rumah,yakni orang tua ku dan tentu juga aku.  Sekilas memang aku biasa saja,namun dalam hati aku berdebar tidak karuan. Tampankah? Atau sebaliknya? Namun pikiran itu segera ku tepis bukankah dari awal aku sudah punya komitmen untuk tidak mempertimbangkan hal itu? Agamanya,bukan yang lain.
                Aku serasa ingin pingsan,saat aku tahu bahwa ikhwan yang datang melamarku itu adalah ikhwan yang pernah mengisi hatiku 3 tahun yang lalu saat semester 2. Yang telah menghilang entah kemana rimbanya itu. Subhanalloh,,, aku tidak bisa berkata lagi.
                Pagi ini dingin hawa puncak Bogor masih terasa. Dengan halus menyapa kulit-kulit yang masih enggan menyapa pagi. Burung-burung berkicau layaknya  ingin menari di ranting-ranting pohon. Semakin dingin dengan embun yang jatuh ingin bergabung dengan tanah-tanah bumi. Fajar belum saja tampak,masih malu-malu dibalik kelambu langit. Gelap pagi namun terasa eksotika alamnya.
                “Ukhty,,,”,kata seorang lelaki dari dalam kamar yang menuju ke balkon tempat  dimana aku sedang berdiri memandang langit pagi itu.
“Kok di sini sih,,dicariin kemana-mana gak ada,tau nya di sini”,kata lelaki itu sambil melingkarkan tangannya dari belakang,di pinggangku. Memeluk hangat tubuhku dan menyandarkan kepalaku di bawah dagunya. Diam sejenak,tak ada yang memulai. Lelaki itu adalah suamiku. Ikhwan yang 3 tahun  lalu menghilang. 
“Kita belum suami istri ya?”,kataku langsung,memecah kebisuan.
“Kok belum? Kemarin apa kalo gitu?” ,tanya nya tidak mengerti atas pertanyaan ku tadi.
Aku kembali teringat peristiwa bersejarah dalam hidupku yang baru saja terjadi kemarin,di masjid Al-Madinah,Bogor. Ikhwan itu dengan tegas dan lantang mengucapkan kalimat yang sacral tak ada kekeliruan sama sekali. Akupun sudah resmi menjadi istrinya,saat setelah para saksi berkata “syah!”. Saat ini,aku pun bersama nya. Bukan saat ini saja tapi untuk selamanya. Bahkan aku ingin bersamanya lagi di akhirat nanti.
                “Kalo udah jadi suami istri kenapa panggil nya pake kata “ukhty?”,kataku sambil memicingkan mata.
                “Owhh,itu kirain apa tadi. harap maklum aja ya,sayang. Kan kita baru kemarin,masih grogi. hmm,,,kalo gitu panggilnya apa?”,tanya nya dengan selidik sambil senyum lebar.
                “Terserah mas aja mau panggil ana apa. Yang penting mas Arif suka dengan panggilan itu. Eh,kalo grogi kok begini?”,kataku sambil menunjuk tangan nya yang sedang memeluk ku sedari tadi. Dia langsung melepas tangannya dan mengejar ku yang sudah lari duluan ke kamar. Bahagia ini tak mau diakhiri,ya Rabb.

               
10 tahun sudah aku bersama lelaki yang aku sebut suami itu. Arif Rahman. Sesuai dengan namanya,dia sangat mengasihiku. Tak pernah aku dapati dia kasar kepadaku. Tak pernah. Hidup di rumah yang di belinya setelah pernikahan kita. Tapi setelah perkawinan kami yang menginjak 10 tahun belum juga dikaruniai anak,aku mulai takut kehilangannya. Aku sering membicarakan hal ini kepadanya,tapi kata dia mungkin belum dikasih. Jadi kita jangan putus asa. Selalu kata itu yang di ucapkannya padaku.
Berkali-kali aku periksa ke dokter,tapi kata dokter sehat-sehat saja tidak ada masalah atau apa yang  mengganggu proses kehamilan. Begitu juga suami,saat diperiksa juga tidak ada masalah.Ya Rabb,apakah ini cobaan yang Engkau berikan kepada kami?  Tak lepas aku selalu meminta kepada-Nya.
Hingga tiba suatu saat kedua orang tua mas Arif datang dari Padang ke Bogor. Ibu mas Arif yang terkenal paling galak itu berkata padaku,”Kalau kamu tidak bisa memberikan anak pada keluarga ini,minta cerai saja sama Arif. Bikin susah orang aja”,kata beliau dengan nada agak tinggi. Seketika itu tak terasa aku meneteskan air mata. Namun aku mencoba untuk tegar. Mas Arif yang sedari tadi diam mencoba menahan nafas. Kemudian berujar,”Ibu,mungkin kita berdua belum dikasih sama Alloh. Mungkin Alloh sedang menguji kita berdua untuk sabar”.
Seakan ibu tak pernah menghiraukan kata-kata kami. Ibu mas Arif begitu sangat membenciku. Apa yang ku lakukan selalu salah. Tak ada yang benar.
Seminggu setelah kepulangan orang tua mas arif kembali ke Padang,ibu telpon lagi ke Bogor. Menyuruh mas Arif pulang ke Padang karena adiknya akan menikah,tapi yang aneh aku sebagai istri nya yang sah tidak boleh ikut.
Dengan berat hati kulepas mas Arif. Kecupan saat dia pergi mungkin adalah kecupan yang terakhir ku dapat. Hari-hari setelah mas Arif di Padang tak ada kabar sama sekali. Persis saat dia menghilang dulu. Handphone nya tidak aktif dan jadilah aku yang sendirian di Bogor,sementara keluargaku di Jawa.
1 minggu berlalu. Tak ada kabar dari mas Arif. Aku hanya bisa meluapkan perasaan ini di depan layar laptop yang sama sekali tidak bisa membantuku,tapi cukup mengobati rasa kesendirianku ini. Kadang aku pusing yang amat sangat. Entah kenapa,padahal aktifitasku selama ini tidak terlalu berat. Hingga aku putuskan untuk  pergi ke dokter. Sesampainya di rumah sakit,dokter bilang aku terkena kanker  Rahim. Ingin roboh diri ini,Ya Rabb.
                2  minggu setelah kepergian mas Arif ke Padang,aku memutuskan untuk kembali ke Jawa menemui keluargaku agar aku tidak sendirian di Bogor. Bertemu dengan ibu yang dulu sangat menyayangiku. Ibu,Lia kangen sama ibu. Bersamaan dengan itu,setiap hari rambut ini semakin rontok bahkan kepala bagian depan sudah tidak ada rambutnya.
               


Mas arif benar-benar telah berubah. Lia kangen sama mas.  Mas Arif kapan pulang untuk nemui Lia? Kapan kita bisa bercanda lagi? Kapan Lia dipeluk lagi sama mas. Kapan Lia dikasih bunga mawar lagi sama mas? Lia sangat kangen sama mas,,,,,,,,
Ku akhiri ceritaku di laptop,dan save dengan file “Lia sayang mas Arif”,dan berakhir pula hidupku.



“Sayang,mas juga kangen sama Lia. Tapi apa daya,mas tidak bisa berbuat apa-apa pada ibu mas. Mas disuruh menikah lagi dengan wanita pilihan ibu. Mas Arif tidak bisa menolaknya. Maafkan mas yang meninggalkan mu,sayang. Mas yang tidak pernah tau keadaan Lia. Saat Lia pergi,mas Arif tidak ada. Istri mas yang sekarang ,tidak sayang pada mas Arif,dia hanya mengejar harta mas aja. Dia tidak pernah menyuapi seperti Lia,dia tidak pernah  membersihkan telinga mas,dia jrang senyum seperti Lia.
Mas Arif sangat sayang sama Lia,mas minta pada Alloh semoga kita dipertemukan di syurga-Nya kelak. Lia jangan takut,nanti mas pasti menemui Lia di surga nanti.
                Salam sayang dan penuh cinta dari mas,semoga Lia dapat tempat yang terbaik di sisi-Nya. Mas Arif sangat merindukanmu Lia. 


Jakarta selatan,15 Juni 2011 ,23:55
Rustyn Mawar Biru