Selasa, 18 Oktober 2011

tentang seorang ibu tua di pinggir jalan


Jakarta Selatan, Kamis,13 Oktober 2011
Senja hari saat adzan maghrib berkumandang….

17:45
Sejenak melepas penat setelah rutinitas di kampus dari pagi sampai  sore ini. Penat. Kata itu yang ada di kamus ku hari ini. Jenuh. Jengah. dan sebagainya.

Aku ingin pulang sepertinya. Penyakit ini selalu kambuh saat aku sedang jenuh. Kekanak-kanakan memang,tapi wajar saja jika anak rindu akan orang tuanya yang jauh di rantauan. Bertahan di saat posisi yang tidak mendukung. Berjuang sendirian sedangkan yang lain tak ada di sisi. Menguntai senyum meski di dalam hati terasa sakit.

Begitulah aku,,,

Selalu ingin terlihat bahagia meski hati tertekan. Pernah ada teman di organisasi yang menanyakan tentang ini. “kamu gak pernah punya masalah ya? Kok tiap aku lihat kamu selalu bahagia. Enak ya mungkin hidupmu”. Aku tak menjawabnya,Cuma senyum yang ada.

Di dunia ini tak ada yang selalu hidup di atas,pasti sekali-kali ia akan merasakan hidup di bawah. Tidak semua nya merasakan senang pasti ada kalanya kita merasakan sebaliknya. Justru saat kita di bawah,saat kita tertekan,saat kita sedih,saat kita punya masalah, Alloh punya rencana lain di balik itu semua. Bukti tanda sayang dan kasih Nya untuk hamba yang dicintainya.

18:12

Sejenak aku teringat saat foto copy listening exercise di pesanggrahan siang tadi setelah sholat dhuhur berkumandang.
Tak ada yang istimewa memang. Hiruk pikuk kampus,dan mahasiswa mahasiswi yang berlalu lalang di pinggir kampus ini. Sibuk dengan urusannya masing-masing.
Sesaat setelah menyerahkan exercise untuk di copy kepada abang nya,,pandangan ku tertuju pada seseorang di pojok kanan ku,bawah tangga kostan. Di situ ada seseorang ibu yang umurnya sudah tidak muda lagi,kalau aku boleh menerawang,kira-kira umur beliau 70 tahun ke atas. Atau mungkin sekitar 80-an. Ah entahlah,,bukan umur yang ingin aku bahas.

Aku pandang sejenak tanpa berkedip. Deegg…dadaku berdesir kencang. Ingin air mata ini turun tapi aku tahan. Aku perhatikan lagi.
Ada wajah berkelebat di benakku saat itu. Secara langsung.
 Wajah  ibu ku yang tersenyum manis.
Ya Alloh,,,,,

Bagaimana kabar  beliau? Sejak aku kembali dari Magetan ke Jakarta belum pernah aku menanyakan kabarnya. Terakhir aku dengar kabarnya saat aku sms kakak,dia bilang beliau lagi sakit.
Tapi setelah sms itu aku tidak ingat lagi karena selalu disibukkan dengan tugas kampus kampus,organisasi,dsb.

Ibu,aku rinduu,,,>.<

Ya alloh,,,dosa besar jika aku selalu begini. Aku tidak ingin melupakanmu,ibu. Aku hanya ingin,ibu tidak khawatir  saja tentang keadaanku di sini. Itu saja.
Aku sayang ibu…

18:32

            Kembali  kepada cerita ibu tadi,,,
Wajah tua ibu tadi,senyumnya ,,persis senyum ibu saat melepas ku pergi ke Jakarta 1 tahun silam. Senyum harapan,agar anaknya bisa berguna bagi siapa saja.
Ada harapan besar yang ku tangkap darinya. Harapan agar aku menjadi sosok dewasa yang seperti di inginkannya.

Di deretan depan ibu tadi,berjajar buah mangga gadung tak banyak mungkin hanya 8/9 biji,,,jambu isi sekitar 5 buah dan 1 bakul terbuat dari bambu,entah di dalamnya berisi apa. Aku menerka,ibu ini berjualan rupanya. Tak hanya itu,di tangan nya ada semangkuk mie ayam yang di bawahnya diberi alas kardus,mungkin biar  tak panas.
Dengan giginya yang sudah tinggal beberapa,ibu itu makan dengan lahapnya,walaupun lahap di sini bukan berarti rakus. Tampaknya ibu itu menikmati apa yang sedang dimakannnya. Tidak peduli dengan lalu lalang orang yang berjalan di depannya,bahkan di samping nya.


19:21
Aku suka mie ayam. Suka banget,dari SD. Kalau ditanya kenapa suka? Aku  gak tau mau jawab apa J

Mungkin hal itu juga yang membuat aku sedari tadi memperhatikan ibu itu. Pelan-pelan,sendok per sendok di kunyahnya. Mmm,,pake sambal gak ya ibu itu,apa seperti aku saat mie ayam pake sambal banyak?
Aku ingat dengan ibu ku,beliau tak suka dengan mie ayam bahkan sejenisnya pun beliau enggan memakannya kecuali sudah tidak ada makanan lagi. Begitu dengan mie instant,beliau sangat benci. Mungkin karena hal itu aku dilarang untuk memakan semua itu di samping kesehatanku selalu memburuk usai makan-makanan itu. Typus kambuh,maagh akut,dsb.

Saat di rumah tak pernah aku sentuh makanan itu,tapi saat aku jauh dari rumah keinginann itu kambuh.padahal sudah beribu-ribu kali kakak,ayah dan ibu melarangku makan makanan seperti itu.

Ya raab,,,
Aku rindu saat –saat mereka melarangku untuk makan makanan itu. Di sini,tak ada yang melarangku,bahkan aku selalu tergoda untuk makan mie saat diajak teman atau saat sendiri.


Aku rindu masakan mu ibu,,,,
Sayur sop,sambal tomat,tempe goreng,,,semuanya,,kecuali sayur lodeh!!
Aku tak suka dari dulu..,
Tapi demi baktimu sama ayah,selalu terhidang masakan itu hampir tiap hari,,karena ayah suka dengan sayur lodeh ibu.

Sekarang,aku rindu saat seperti itu,,saat indah bersamamu,,duhai ibu,,,,
J



  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar