Perjalanan ini saya lakukan secara tidak sengaja pada tanggal 22 Desember
2013 kemarin. Awalnya saya hanya berniat menemani teman saya untuk mengurus
surat-surat pindah nama motornya yang telah dibelinya beberapa bulan yang lalu
di samsat Kota Bekasi. Teman saya harus mengurus surat-surat terlebih dahulu di
Bekasi karena dia membeli motor tersebut dengan orang Bekasi lewat sebuah toko
online di internet, sehingga mau tak mau harus bolak balik Jakarta-Bekasi.
Sampai di samsat Bekasi sekitar pukul 12.00 siang, dan kita harus kecewa pelayanan
dihentikan karena jam istirahat. Akhirnya kita memutuskan untyk shalat secara
bergantian. Aku menunggu dia sekitar 2 jam, dan akhirnya sudah beres tinggal
mengurus yang di samsat Jaksel untuk besoknya. Karena tidak mungkin dilakukan
hari ini, mengingat jam yang sudah menunjukkan pukul 14.00, samsat akan tutup
karena jam kerja sudah habis. Dan tidak mungkin juga, karena perjalanan dari
Bekasi ke Jakarta memakan waktu 2 jam lebih.
Akhirnya kita memutuskan untuk pulang. Di sepanjang perjalanan, aku
mengingat-ingat daerah sekitar Bekasi ini. Mulai dari Megamall Bekasi sampai
Islamic Center,seperti mengulang kejadian lama yang dulu saya pernah kesini
sebelumnya.
Tak hanya mengulang kejadian lama tersebut, yang tidak kalah seru adalah
ketika saya melewati Masjid Iqra’ Center Bekasi. Masjid yang sudah tak asing
bagi kalangan P**, masjid yang didirikan oleh ustadz almarhum Rahmat Abdullah.
Di masjid ini juga yang menjadi tempat syuting film “Sang Murabbi” yang
menceritakan perjalanan sang ustadz hingga beliau wafat.
Film ini sudah sejak lama saya menontonnya, sekitar kelas 3 SMA waktu itu
dengan teman akhwa-akhwat rohis di rumah salah satu teman setelah acara kajian.
Begitu takjubnya saya waktu melihat film tersebut, menangis karena terharu dan
sejak saat itu ketika menonton film itu lagi semangat menjadi terbarukan
kembali.
Terima kasih juga kepada teman saya yang telah mengajak saya ke Bekasi
(lagi) sehingga berjumpalah aku dengan masjid ini.
Sejam kemudian kami sudah memasuki wilayah Jakarta Timur yang merupakan
perbatasan dengan Kota Bekasi, meski kita tidak melewati jalur berangkat tadi,
alhamdulillah kita tidak tersesat di keramaian ibukota. Jam tangan menunjukkan
pukul 15.00 kami memutuskan untuk beristirahat dulu. Dan kami pilih masjid
At-Tiin TMII sebagai tempat berteduh kami dari panasnya ibukota. Sambil
menunggu adzan ashar berkumandang, kita berkeliling sekitar masjid yang lumayan
luas ini tapi seluas masjid Istiqlal. Dilihat dari arsitekturnya tampak masjid
ini sudah lama dibangun.
“Masjid ini adalah bukti cinta presiden Soeharto kepada istrinya Ibu Tin”,
kata teman saya sok tahu mungkin karena dia sudah pernah kesini sebelumnya. Lumayan luas dan arsitektur nya
yang beda dari masjid yang lain nya. Lorong-lorong depan masjid ini mirip
sekali dengan masjid UGM Jogja. Mumpung
belum adzan, saya keluarkan hobi saya yang tak pernah ketinggalan kalau saya
pergi ke sesuatu tempat, yaitu kamera.
Meski kamera dari handphone namun saya suka memotret dari sini karena
terbilang jernih kameranya. Inilah hasilnya J
(masjid At-Tiin tampak dari depan)
(tampak dari samping)
(kata temen, itu pohon kurma :) )
(foto: jejak kaki kanan penjejak, hehehe :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar