Telah berusia dewasa saat aku melihatnya lagi pada sebuah bangku tua tepat
di belakang rumahku. Tak ada yang istimewa lagi, kayunya sudah termakan rayap
dan membisu sepi. Teronggok tak berdaya, menunggu saat-saat rapuh dimakan usia.
Warnanya mulai pudar seiring usianya, begitu pula dengan usiaku. Dulu, di sini
menjadi saksi ketika aku dimarahinya. Di sini, dulu saat aku merasa bersalah
padanya. Di sini tempat aku menangis ketika dunia begitu tak adil kala itu. Disinilah
tempat semua perasaan tercurah, pada kesendirian, pada kesunyian, pada
kemalangan.
Namun, kini telah rapuh, serapuh jiwaku saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar