Sabtu, 27 Agustus 2011

seorang ibu 2


Peristiwa empat pemuda dan seorang ibu tadi membuatku berpikir jauh ke masa lalu. Iya,tak lain adalah ibuku. Sedang apa beliau di sana? Pikirku. Hmmm,,aku mencoba menarik nafas dalam-dalam,ku pastikan air mataku tak jatuh lagi. Setiap mengingat ibu atau aku sedang melihat orang tua yang renta di jalan atau di mana saja,pasti aku selalu ingat ibu dan tentu juga air mataku jatuh.
                Cengeng,mungkin pikir orang lain. Tapi tak apalah. Wajar, jika seorang anak selalu merindukan ibu nya,memikirkan ibu nya,yang selalu membawa ibu nya ke dalam lubuk hatinya. Sebaliknya,jika anak yang melupakan ibunya atau bahkan berbuat durhaka kepada ibunya,itu yang tidak wajar dan bisa mengantarkan ke neraka –Nya yang abadi.
                 IBU. Aku sepertinya rindu. Baru 2 bulan yang lalu aku pulang ke rumah,tapi entah dengan perasaan rindu ini. Apa karena terstimulasi dengan peristiwa tadi atau bagaimana,aku tak tahu. Masih jelas dalam ingatan saat ibu menyuruhku untuk kuliah di Jakarta. Hampir 2 hari aku tak tegur sapa denganmu karena pilihan itu. Sungguh,sepertinya aku tak sanggup hidup di Jakarta seorang diri. Tanpa teman seorang pun yang aku kenal. Hanya kakak kandung saja yang tinggal di Jakarta.
                 Hanya engkau ingin aku jadi seorang GURU. Aku tahu alasan dan semua argument yang engkau kemukakan waktu itu,aku hanya bisa diam mendengarkan. Selebihnya aku sering menyendiri,berpikir atau bingung,entahlah aku tidak tahu. Setidaknya engkau mendengar 1 alasan ku saja kenapa aku tidak mau kuliah di Jakarta dengan UIN Jakarta beserta jurusan pendidikan bahasa inggrisnya.
                Bukan,bukan karena kampusnya,,bukan juga karena kotanya. Bukan. Sekali lagi bukan. Ini memang kesalahanku waktu itu saat tes SPMB PTAIN mengambil jurusan dan kampus di kota Jakarta.Iya,aku salah. Tapi aku sudah membuat rencana dan perhitungan untuk ini semua. Jalur SPMB PTAIN adalah jalur terakhir pilihanku untuk jaga-jaga saat aku tidak diterima SNMPTN. Iya,itulah alasanku,dan aku menaruh UIN Jakarta sebagai pilihan pertama,kedua STAIN Solo,dan yang terakhir STAIN Ponorogo ,untuk jurusan nya aku ambil pendidikan bahasa inggris semua.
                Tapi,saat itu aku diterima di Universitas Brawijaya,Malang dengan jurusan Agroekotekhnologi-nya lewat jalur SNMPTN.  Aku suka pertanian,aku suka ekonomi,aku suka tekhnologi.
                Tapi takdir berkata lain,aku sekarang berada di sini,di kota metropolitan,di kota yang konon kata guru ku di SMA adalah pusat pemerintahan negeri ini,kota yang kata orang adalah kota dimana orang menghalalkan segala cara untuk hidupnya,kota yang panas,sumpek,de el el.

                Aku menghela nafas dalam-dalam. Life is change. Tanpa memilih kita tidak bisa hidup.
Ku jalani apa yang ada,ku syukuri nikmat-Nya,ku tapaki setiap skenario dari-Nya,dan ku nikmati setiap hembusan nafas yang telah diberikan oleh-Nya. Walaupun di sini aku berjalan tertatih tatih,semoga dengan itu aku bisa mengambil hikmah dan manfaat yang terkandung di dalamnya.
                Jika kita tak pernah memilih,kita tak akan pernah tahu jalan apa yang ada di depan kita. Karena hidup adalah sebuah pilihan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar